MAGELANGEKSPRES.TEMANGGUNG – Petani di Kabupaten Temanggung disarankan untuk memanfaatkan sisa musim hujan ini dengan menanam tanaman yang tidak terlalu banyak membutuhkan air. Harapannya agar produksi tanaman bisa lebih optimal dengan harga jual yang lebih baik.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, usai menanam bawang merah pada pembukaan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional Komoditas Bawang Merah di Desa Tuksari, Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung, Minggu (11/4).
“Petani masih bisa memanfaatkan masa pancaroba dengan menanam tanaman tertentu yang tidak banyak membutuhkan air, agar diperoleh panen yang lebih baik nantinya,” pesannya.
Menurutnya, di masa pancaroba ini masih akan ada hujan, meskipun tidak terlalu sering. Dengan kondisi ini justru bisa dimaafkan oleh petani untuk bisa menanam komoditi tanaman yang cocok dengan kondisi alam seperti ini.
“Pada musim kemarau tahun 2021 masih ada hujan yang sifatnya normal sampai di atas normal. Artinya itu malah menguntungkan bagi pertanian, karena tidak kering. Normal sampai di atas normal berarti kemaraunya masih ada hujan, bisa dimanfaatkan untuk jenis tanaman tertentu,” katanya.
Ia mengatakan, Desa Tuksari Kecamatan Kledung memiliki topografi tanah yang sangat cocok untuk ditanami bawang merah. Oleh karena itu SLI bawang merah ini dilakukan di desa tersebut.
“Sudah mempertimbangkan kondisi iklim dan juga kondisi topografinya dan juga menerima masukan dari masyarakat atau aparat setempat dan juga dari penyuluh pertanian. Kami sepakat menjadikan desa ini sebagai SLI bawang merah,” jelasnya.
Dwikorita berharap, melalui program SLI ini petani bisa memahami dan memprediksi kondisi cuaca sebelum menentukan jenis tanaman yang cocok. Sehingga bisa meminimalisir kegagalan petani dalam bercocok tanam.
“Harapan kami dapat dipahami dan dapat diprediksi kondisi cuaca seminggu ke depan dan sudah tahu kondisi iklimnya masih ada hujan dan memanfaatkan sisa musim hujan ini agar diperoleh panen yang lebih dari pada biasanya, karena waktu tanam ini tidak bersamaan dengan petani yang lain,” katanya.
Dengan memahami cuaca maka, tanam bawang merah saat ini tidak berbarengan dengan petani lainnya, sehingga saat panen tiba tidak banyak petani yang panen bawang merah. Dengan demikian pasokan tidak terlalu banyak.
“Seperti tahun lalu dilaksanakan di Kecamatan Tlogomulyo waktu tanamnya agak berbeda dengan yang lain justru harganya bagus sampai Rp23 ribu per kilogram,” katanya.
Ia berharap kegiatan ini dapat memeberi motivasi bagi para petani dengan memahami cuaca dan iklim maka panen ditingkatkan dan kesejahteraan dapat ditingkatkan.
Sementara itu Koordinator BMKG Jawa Tengah Sukasno menyampaikan, SLI sebagai salah satu upaya pemerintah untuk mengenalkan perubahan cuaca atau iklim kepada petani. Dengan pengenalan ini maka kedepan petani bisa lebih jeli dalam menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan.
“Setelah memahami dan mengerti, petani bisa memilih jenis tanaman yang cocok dan sesuai dengan cuaca dan kondisi tanah di daerah masing-masing,” katanya.
Adapun prinsip pendidikan dalam SLI operasional adalah memberikan peran yang seluas-luasnya kepada petani untuk mengembangkan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pengalamannya dan memadukan dengan informasi yang diperoleh dari para pemandu dalam mengantisipasi dampak iklim ekstrem juga materi dan praktik mengenai budi daya serta penanggulangan hanma penyakit.
Terkait SLI, merupakan suatu kegiatan interaktif menggunakan metode belajar sambil praktik dengan tahapan belajar mengalami, mengungkapkan, menganalisa, menyimpulkan, dan menerapkan. (set)