Desa Krandegan Hapus Status Miskin Jadi Mandiri
PURWOREJO, MAGELANGEKSPRES.COM – Pandemi Covid-19 memang melumpuhkan sendi-sendi kehidupan. Berbagai sektor terdampak serius. Namun, di balik beratnya tantangan menaklukkan situasi abnormal ini, banyak perubahan positif terjadi. Tren transformasi digital telah menuntun masyarakat di sejumlah wilayah di Indonesia ke arah kemajuan. Salah satunya di Desa Krandegan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.
EKO SUTOPO, Purworejo
Selepas Salat Jumat, Wahyudin Nur Abadi (33) tampak serius menjalankan rutinitasnya sebagai pengrajin alat olahraga panahan di bengkel produksi rumahnya yang terletak di RT 01 RW 03 Desa Krandegan. Dengan telaten ia rakit dan sempurnakan satu per satu komponen panahan, seperti handle, busur, anak panah, dan lainnya. Produk yang sudah selesai langsung difoto dengan kamera di HP-nya pertanda siap dipasarkan.
“Sekarang tidak semua saya kerjakan sendiri karena sudah punya tim yang kerja di rumah masing-masing, ada sekitar 7 orang,” kata Wahyudin saat ditemui Purworejo Ekspres, Jumat (20/8/2021).
Wahyudi hanya fokus pada produksi. Sementara untuk pemasarannya ditangani banyak reseller yang sudah memiliki lapak di berbagai platform digital terkemuka.
“Saya memproduksi panahan sejak 2014. Dulu tidak seramai sekarang karena pemasarannya terbatas. Sekarang pakai online jadi sangat mudah,” ujarnya.
Meski hanya produk rumahan, panahan berlabel Abadi Archery produksi Wahyudin sudah menjangkau berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan, pesanan juga datang dari luar negeri, seperti Malaysia.
“Ini panahan untuk kelas pemula, bukan profesional. Penjualan tidak menentu, tapi kalau dirata-rata per hari ya ada 15 set terjual,” sebutnya.
Bapak 3 anak ini mengaku terbantu adanya digitalisasi. Apalagi, Pemerintah Desa (Pemdes) Krandegan turut mendukung dengan menyediakan akses internet gratis di berbagai sudut kampung.
“Saya juga akan dibantu dibikinkan workshop yang representatif, proposal yang diajukan desa sudah disetujui oleh kementerian. Jadi ke depan ada kerja sama dengan Bumdes,” katanya.
Wahyudin bukan satu-satunya warga di Krandegan yang sukses meningkatkan derajat ekonominya. Selain Wahyudin, banyak pelaku UMKM lain merasakan manfaat transformasi digital.
Oleh Pemdes, mereka difasilitasi aplikasi toko online bernama tokodesaku.id Saat ini sudah ada puluhan pelaku UMKM terwadahi. Pemdes melalui Bumdes Karya Muda juga meluncurkan aplikasi pembayaran online, Kamu Pay.
Ada pula aplikasi ojek online “Ngojol” (Ngojek Online) yang memberdayakan warga sebagai pengemudinya. Pemdes menggandeng Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dindukcapil) Purworejo dalam hal distribusi dokumen kependudukan kepada warga di wilayah Kecamatan Bayan, Banyuurip, Gebang, dan Loano. Cukup mengembirakan karena sudah ada ratusan pengemudi tergabung dan tidak sedikit di antaranya berpenghasilan di atas Rp2,5 juta per bulan.
“Saya ikut ngojol sudah sekitar setahun mungkin ya, rata-rata sehari bisa mengantar 25 sampai 50 dokumen dari Dindukcapil. Alhamdulillah sejak ikut ngojol penghasilan lebih baik dan bisa menafkahi anak istri saya,” kata Wahyudi (40), salah satu pengemudi ngojol asal Kampung Plaosan RT 01 RW 16 Kelurahan/Kecamatan Purworejo, Sabtu (21/8/2021)
Desa Krandegan memiliki luas 161 hektar, terdiri atas 6 RW dan 13 RT dengan jumlah penduduk 2.956 jiwa. Letaknya sekitar 11 kilometer arah selatan dari pusat pemerintahan Kabupaten Purworejo. Wilayah timur dan utara berbatasan dengan Desa Tanjungrejo Kecamatan Bayan, bagian barat dengan Desa Pringgowijayan Kecamatan Kutoarjo, dan sebelah selatan dengan Desa Pogung Kalangaan Kecamatan Bayan.
Menurut Kepala Desa (Kades) Krandegan, Dwinanto SE, digitalisasi di wilayahnya terbagi atas 5 bidang. Ngojol, Kamu Pay, dan tokodesaku.id masuk pada Bidang Ekonomi. Bidang kedua yakni Pelayanan Publik dengan inovasi berupa aplikasi pelayanan bernama Si Polgan, akronim dari Sistem Pelayanan Online Desa Krandegan. Sejak diluncurkan pada September 2020, Si Polgan efektif memudahkan warga mengakses layanan administrasi, izin, informasi Dana Desa, dan laporan kejadian gawat darurat. Dengan itu, warga tak perlu mengantre di kantor desa. Dalam hitungan jam, semua urusan selesai.
Bidang Pelayanan juga didukung dengan program internet gratis untuk warga dan pemasangan jaringan fiber optik.
“Pada awal peluncuran tahun 2015, hanya ada beberapa titik pancar Wifi dan terus berkembang menjangkau semua RT,” sebutnya.
Bidang ketiga yakni Pemanfaatan Internet of Things (IOT). Implementasinya juga menyikapi kebutuhan warga akibat pandemi, antara lain berupa sensor untuk cuci tangan, lampu otomatis berbasis android, pintu otomatis, dan penyiraman otomatis.
“Kempat, Bidang Bumdes Digital yang melayani penjualan dan jasa layanan produk digital,” lanjutnya.
Kemudian Bidang Keamanan, Kebencanaan, dan Kedaruratan. Inovasinya antara lain pemasangan Early Warning System (EWS) atau alat deteksi banjir di dua sungai besar yang melintasi Desa Krandegan. EWS mampu mendeteksi ketinggian air sungai sekaligus memberikan notifikasi melalui aplikasi berbasis android.
Dalam program ini, Pemdes menggandeng Universitas Negeri Surakarta (UNS) Sebelas Maret.
“Desa kami rawan banjir. Dulu kalau hujan malam-malam, warga harus berjaga di jembatan untuk memantau air sungai. Sekarang kita sudah punya EWS berbasis android,” jelasnya.
Dwinanto yang menjabat Kades pada periode kedua ini mengaku bersyukur karena atas inovasi itu Krandegan menyabet predikat Desa Mandiri. Predikat tertinggi dalam indeks desa membangun tersebut sekaligus menghapus status lama Krandegan yang dikenal sebagai Desa Miskin.
“Dulu tahun 2013 Krandegan berstatus Desa Miskin. Kita terus bekerja keras dan akhirnya tahun 2019 jadi Desa Berkembang, dan 2020 Desa Maju. Nah, tahun 2021 ini Alhamdulillah jadi Desa Mandiri pertama di Purworejo,” ungkapnya.
Membaiknya derajat ekonomi warga juga diikuti dengan melonjaknya Penghasilan Asli Desa (PAD). Pada tahun 2020, PAD tercatat hanya sekitar Rp70 juta dan pada tahun 2021 ini PAD diperkirakan mencapai Rp125 juta.
“Yang jelas menurun itu tingkat kemiskinan. Tahun 2018 jumlah warga miskin masih 218, tahun 2019 turun jadi 89, dan tahun 2020 turun jadi 88,” sebutnya.
Berbagai terobosan digital sedianya hanya untuk pemberdayaan masyarakat sekaligus pemulihan ekonomi warga akibat dampak pandemi. Namun, tidak disangka, upaya Pemdes bersama elemen terkait berbuah manis. Sejumlah penghargaan berdatangan. Beberapa di antaranya yakni Juara 1 Kampung Siaga Candi kategori Bidang Inovasi dan Kreativitas Tingkat Polda Jawa Tengah 2020, Pemenang Lomba Krenova serta Lomba Dinpermades Tingkat Kabupaten Purworejo Tahun 2020 dan saat ini masih menjalani penilaian tingkat provinsi.
“Alhamdulillah, pandemi ini justru memotivasi kami untuk memunculkan inovasi dan prestasi. Digitalisasi saat ini bukian lagi pilihan, melainkan sebuah keniscayaan,” pungkas Dwinanto.
Pengakuan terhadap Krandegan terus mengalir dari berbagai pihak. Beberapa tokoh penting tercatat telah mengunjungi Krandegan. Bahkan, mampu menarik perhatian Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar. Pada Rabu (18/8/2021), Abdul Halim tiba-tiba datang ke Krandegan untuk mengetahui langsung berbagai program kreatif.
Apresiasi juga datang dari Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G. Plate, dalam acara peringatan Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) yang berlangsung secara virtual pada 1 April 2020 lalu. Menurutnya, Desa Krandegan layak menjadi contoh bagi desa atau kelurahan lain di Indonesia.
“Saya sangat bergembira menyaksikan hasil kerja kita. Bisa mendorong transformasi digital di Jateng, khususnya di Desa Krandegan Purworejo, dan Desa Kemuning Karanganyar. Dengan pengusulannya, bisa mengantar masyarakat masuk ke era digital,” ungkap Johnny saat itu.
Kemenkominfo kembali memberikan apresiasi pada 16 Agustus 2021. Kades Krandegan dipercaya menjadi narasumber dalam Webinar Literasi Digital bertajuk Optimalisasi Teknologi Informasi dalam Pemberdayaan Pemerintahan dan Ekonomi Desa. (*)