TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.COM – Berangkat dari laporan petani tembakau yang mengeluhkan penyerapan tembakau pada panen raya tahun ini, ketua dan sejumlah anggota DPRD Temanggung memantau perdagangan tembakau di sejumlah gudang milik perwakilan pabrikan rokok.
“Kami menerima keluhan dari petani tembakau, bahwa penyerapan tembakau panen raya saat ini masih lambat,” ujar Ketua DPRD Temanggung Yunianto saat melakukan pemantauan perdagangan tembakau, Kamis (16/9).
Oleh karena itu kata Yunianto, pada pantauannya tersebut, pihaknya meminta agar pabrikan lebih cepat melakukan penyerapan tembakau.
“Tentunya dengan harga yang tidak merugikan petani, hargai keluh keringat petani dengan membeli tembakau milik mereka,” pintanya.
Tidak hanya itu, pihaknya berharap pabrikan mampu menyerap seluruh tembakau yang ada di Temanggung yang mana persentase saat ini sudah lebih dari 50 persen tergarap dari sawah dan siap untuk dijual.
Ia menyayangkan, ketika tembakau produksi petani yang saat ini sudah siap diserap, namun perwakilan pabrikan tidak melakukan percepatan pembelian.
“Dengan kuantitas yang sudah cukup banyak ini, sangat kita sesalkan dan sayangkan ketika tidak terserap,” tuturnya.
Yunianto juga meminta agar faktor cuaca yang kurang mendukung akhir-akhir ini untuk dijadikan faktor penentu terserapnya tembakau dan minimalnya harga.
“Kami berharap seluruh stakeholder dan semua lembaga yang terlibat untuk menyelamatkan pertembakauan yang ada di Temanggung dan berkomitmen menghargai dari setiap tetesan keringan para petani,” pesannya.
Hartanto, grader PT Gudang Garam mengungkapkan, kualitas tembakau akan mempengaruhi harga manakala kualitas bagus maka harga juga akan mengikuti.
Saat ini katanya, harga tertinggi yang ditawarkan pabrikan sudah menyentuh di angka Rp80.000. Hanya saja pada panen raya tahun ini kualitas tembakau dari petani masih berada di grade C dan D.
“Untuk saat ini tembakau dengan grade C dan D dihargai Rp50.000 sampai Rp60.000,” terangnya.
Terkait penyerapan, ia mengaku masih tergantung keputusan pabrik. Ia mengatakan dari target pembelian 10.000 ton, sampai pertengahan September sudah mencapai 9.000 ton.
“Kalau serapan kita tergantung pabrik, selama ini pabrik masih meminta kita akan terus jalani,” tandasnya.
Sedangkan seorang grader dari PT Djarum Arief Raharja mengaku akan mengusahakan dan memenuhi permintaan tersebut, selama kualitas tembakau masih sesuai dengan standar pabrik.
“Jadi tembakau yang sesuai standar pabrik kita beli dengan harga Rp55.000 sampai Rp60.000, tetapi yang kurang baik pun kita toleransi dan kita beli dengan harga Rp45.000 sampai Rp52.500,” terangnya.
Arief menambahkan, pembelian saat ini difokuskan di grade D dengan target pembelian untuk musim ini 10.000 keranjang dan yang sudah terbeli sebanyak 7.000 keranjang atau 70 persen dari target pembelian semula.
“Cuma mungkin saja kalau memang masih banyak tembakau yang baik, nanti dari pabrikan akan menambah kuota pembelian,” tambahnya. (set)