TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.COM – Kabupaten Temanggung siap menjadi sentra penghasil cabai. Tetapi harus dibarengi dengan upaya peningkatan cabai itu sendiri, sehingga cabai tidak hanya dijual sebagai bahan baku saja.
“Untuk penjualan cabai segar sudah tidak mengalami kendala, yang diharapakan petani sekarang itu harus ada peningkatan produk dari cabai,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Kabupaten Temanggung Joko Budi Nuryanto, Minggu (19/9).
Joko mengatakan, saat harga jual cabai yang murah seperti saat ini, petani tetap bisa menjual cabainya dengan harga yang lebih baik.
“Problemnya memang pada pemasaran cabai, saat petani panen raya, harga cabai menjadi terjun bebas, ini yang harus dicarikan solusi, sehingga petani tidak merugi terlalu banyak seperti saat ini,” tuturnya.
Menurutnya, Temanggung merupakan 4 besar daerah penghasil cabai di Jawa Tengah. Dengan kondisi seperti saat ini Temanggung siap menjadi sentra cabai. Artinya dari hulu sampai ke hilir dan dari sisi hulunya Temanggung sudah luar biasa.
Salah satu kecamatan di Temanggung, yakni Tlogomulyo luasan tanaman cabai bisa sampai 800 hektar.
“Secara produktivitas luar biasa, tetapi karena petani masih menjual bukan bahan olah, di saat harga sekarang Rp6.000 per kilogram maka kasihan petani,” katanya.
Joko berharap, dengan program pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh Kementrian Pertanian dan lembaga lainnya, bisa semakin meningkatkan harga jual dan kesejahteraan petani.
Seperti pelatihan pengolahan dan pemasaran cabai yang diinisiasi Komisi IV DPR RI bekerja sama dengan Kementerian Pertanian. Pelatihan ini bisa untuk memotivasi petani, misalnya harga jelek maka bisa diarahkan ke produk-produk diversifikasi yang lain.
“Harapannya nanti ada diversifikasi produk, tidak hanya produk segar yang dijual, kalau produk segar sudah tidak masalah. Maka perlu mengubah pikiran petani, tidak hanya menjual bahan baku tetapi minimal sudah semi olahan,” katanya.
Sementara itu Kabid Penyelenggaraan Pelatihan, Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Dedih Zaenudin mengatakan peserta pelatihan adalah para petani atau pelaku usaha khusus di komoditas cabai.
“Pada intinya para petani ini diberikan kapasitas dalam kemampuan keterampilan maupun pengetahuan untuk komoditas, cabai sehingga untuk hilirisasi, artinya untuk pengolahan. Jadi menambah dilai tambah produk pertanian,” katanya.
Ia menyebutkan pelatihan yang sama untuk komoditas hortikultura tahun 2021 di Jawa Tengah, selain di Temanggung, juga di Magelang, Purworejo,dan Blora, kemudian beberapa Kabupaten di Jawa Barat dan Maluku Utara.
“Kegiatan ini merupakan salah satu terobosan untuk memberikan nilai tambah komoditas hortikultura. Jadi kalau cabai itu hanya dijual dalam bentuk cabai, tidak diolah dulu nilainya rendah, apalagi fluktuasi pasar sangat tinggi,” katanya.
Anggota Komisi IV DPR RI Vita Ervina yang hadir secara virtual dalam pelatihan di Balai Desa Gilingsari Kabupaten Temanggung, mengharapkan pelatihan ini dapat meningkatkan nilai tambah cabai.
“Melalui pengolahan cabai, ke depan diharapkan tercipta kestabilan harga cabai serta menambah nilai dari cabai itu sendiri karena dapat diolah menjadi berbagai macam olahan, salah satunya pasta cabai. Melalui pengolahan tersebut maka ketika harga cabai anjlok, petani masih bisa mendapatkan keuntungan,” ujarnya. (set)