MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG – Pemkot Magelang menunggu keputusan Pemerintah Pusat terkait rencana penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Sebab, dari hasil pendataan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Magelang, zona wilayah ini masuk dalam kategori penularan sedang atau zona oranye.
Walikota Magelang, dr Muchamad Nur Aziz mengaku masih skeptis dengan kebenaran PPKM darurat yang mencatutkan nama Kota Magelang dalam 46 kabupaten/kota di Jawa dan Bali. Apalagi, sejauh ini Pemkot Magelang belum mendapatkan petunjuk resmi dari Pemerintah Pusat soal penetapan status zona tersebut.
“PPKM darurat kita menunggu surat resmi dari Pusat. Walaupun di media massa sudah muncul nama Kota Magelang, tapi kan itu belum resmi,” kata dr Aziz, kepada wartawan, Kamis (1/7).
Ia mengaku ragu, karena sejauh ini hasil pendataan Dinas Kesehatan Kota Magelang menyebut jika wilayah ini masuk kategori zona oranye. Padahal, PPKM Darurat akan diterapkan terhadap daerah yang berstatus zona merah saja.
“Yang muncul ini kok Kota Magelang, padahal kita masih oranye. Nah, ini juga jadi tugas kami untuk mencocokan data Dinas Kesehatan dengan PPKM Mikro dan data Pemerintah Pusat,” katanya.
Namun pada prinsipnya, Pemkot Magelang sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Jika ditunjuk untuk menggelar PPKM Darurat, Aziz menilai, kesiapannya sudah 100 persen.
“Sudah mendirikan rumah sakit darurat memanfaatkan Gelora Sanden ini sudah kita siapkan, mampu menampung 50 tempat tidur. Tidak hanya alat kesehatan dan tempatnya, kami juga sudah menggagas kerja sama dengan sekolah atau perguruan tinggi bidang kesehatan dan keperawatan,” imbuhnya.
Penanganan Covid-19 di Kota Magelang, kata Aziz, semakin membaik belakangan ini. IGD RSUD Tidar yang sempat ditutup pada Selasa (27/6) malam lalu mulai Rabu (28/6) sudah dibuka kembali. Termasuk, keterlibatan dua rumah sakit swasta di Kota Magelang, yang siap dijadikan rumah sakit rujukan penanganan Covid-19.
“Sudah dua rumah sakit swasta yang mengonfirmasi kesiapan mereka untuk menjadi rumah sakit tambahan, yaitu RS Lestari dan RS Harapan. Kedua RS ini mampu menyediakan 20-30 tempat tidur, tapi bisa ditambah lagi jika kondisi mendesak,” tuturnya.
Selain itu, RS darurat juga sudah didirikan di kawasan Gelora Sanden. Memanfaatkan lapangan indoor tenis Moncer Serius, bakal disulap menjadi rumah sakit perawatan pasien terinfeksi Covid-19.
“Nakes nanti berada di tenda (di luar ruangan) sedangkan pasien di dalam. Biar perawatannya mudah. Untuk nakesnya, kita perbantukan relawan dokter dan perawat baik dari RS swasta maupun mereka yang masih menempuh pendidikan,” ujarnya. (wid)