MAGELANGEKSPRES.COM, WONOSOBO – Tingginya permintaan donor plasma bagi penderita covid 19, memunculkan gerakan sosial masyarakat penyintas untuk menjadi covid ranger. Terkait hal tersebut, Pemkab Wonosobo akan memfasilitasi kemudahan bagi pendonor.
“Permintaan donor plasma atau konvalesen di Wonosobo cukup tinggi. Di sisi lain pendonornya juga ada, maka akan kita fasilitasi dan mudahkan mereka yang akan mendonor,” ungkap Sekda Wonosobo, One Andang Wardoyo.
Donor plasma konvalesen adalah metode pengambilan darah plasma dari penyintas covid-19 yang dapat diberikan sebagai terapi untuk pasien covid-19 yang sedang dirawat. Ada sejumlah syarat untuk menjadi pendonor diantaranya Pernah terkonfirmasi positif covid-19 melalui hasil swab RT-PCR dan/atau swab antigen.
Mendapat surat keterangan sehat atau sembuh dari dokter atau rumah sakit setempat. Telah bebas gejala covid-19 (demam, batuk, sesak napas, diare) sekurang-kurangnya 14 hari. Usia 18-60 tahun Laki-laki, perempuan yang belum pernah hamil berat badan minimal 55 kilogram.
“Mereka ini akan dikoordinir oleh komunitas ranger covid, dan kami siap memfasilitasi tempat untuk berkoordinasi di kantor dinas sekda,” katanya.
Menurutnya, permintaan donor plasma konvalesen cukup tinggi, untuk terapi pasien, banyak yang mampu tertolong dengan pola terapi itu. Namun pihak medis mengaku masih kesulitan untuk mendapatkan donor tersebut, lantaran harus memenuhi beberapa syarat.
“Yang bisa donor memang penyintas, atau pernah terpapar covid 19, dan proses donor plasma yang terdekat masih di Banyumas. Kita melalui PMI sedang mengupayakan peralatan untuk pengolahan tersebut di PMI Wonosobo,” katanya.
Sementara itu, aktivis penggiat covid ranger, Kartini , mengemukakan bahwa donor plasma sudah menjadi salah satu kebutuhan dari pasien covid 19. Namun ada sejumlah kendala dalam menemukan pendonor karena ini bersifat sukarela.
“Saya punya pengalaman pribadi, karena terlambat mendapatkan donor plasma. Pasien kemudian meninggal dunia, ini karena ada persoalan teknis yang cukup panjang,” ucapnya.
Menurutnya kesulitan untuk mendapatkan pendonor, kemudian fasilitasi pendonor ke banyumas serta soal koordinasi menjadi pemicu lambatnya pemenuhan donor plasma di Wonosobo.
“Kami bersama dengan sejumlah individu yang peduli terkait hal tersebut. Kemudian membuka kampanye terhadap pentingnya donor plasma dan membuka partisipasi dari penyintas covid menjadi pahlawan menyelamatkan sesama,” ujarnya.
Upaya untuk mempermudah para pendonor plasma untuk mendarmakan darahnya ditangkap oleh pemerintah daerah termasuk jajaran forkopimda untuk memfasilitasi tempat dan kebutuhan lain.
“Respon dari bupati dan jajaran forkopimda terkait soal covid ranger ini cukup baik, dan mendukung gerakan itu. Bahkan sekda memberikan tempat untuk covid ranger di rumah dinas sekda,” tutupnya. (gus)