KOTA MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.COM - Tak lama lagi, Kota dan Kabupaten Magelang akan memiliki Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) baru. Pembangunan TPST yang diprakarsai Pemprov Jawa Tengah itu direncanakan berada di wilayah Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang.
Kepala Bidang Penanganan dan Pengelolaan Sampah, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang, Widodo memastikan pembangunan TPST dari Pemprov Jawa Tengah tak akan menggugurkan program TPST Bojong di Kota Magelang yang akan beroperasi mulai tahun 2023 mendatang.
“TPST Bojong (pembangunannya) tetap jalan terus walaupun ada rencana pembangunan TPST Bandongan,” kata Widodo kepada wartawan, Senin (30/5).
Ia menjelaskan, pembangunan TPST dari Pemprov Jawa Tengah itu sebagai jawaban wacana-wacana sebelumnya yang acapkali gagal. Beberapa tahun lalu, diwacanakan adanya pembangunan tempat pengelolaan sampah akhir (TPSA) Regional untuk wilayah Kota dan Kabupaten di Kecamatan Tempuran. Namun rencana itu rupanya kandas.
“Wacana TPSA Regional pernah akan dibangun di Tempuran tapi terkendala. Barulah sekarang ini, lokasinya di Bandongan dan dipastikan akan terealisasi,” ujarnya.
Menurutnya, pembangunan TPST Bandongan, berbeda dengan wacana sebelum-sebelumnya. Sebab, saat ini peran Pemkot dan Pemkab Magelang hanya sebagai pengguna saja.
“Kalau dulu kan pembebasan lahan dan urusan lain harus diatasi pemerintah daerah. Sekarang lebih sederhana. Untuk Pemkot Magelang hanya wajib melebarkan jalan kawasan Kampung Kupatan, Kedungsari sampai ke bantaran Kali Progo. Karena di area itu akan jadi akses transportasi sampah,” jelasnya.
TPST tersebut, lanjut dia, akan dibangun di Dusun Gentan, Desa Gandusari, Bandongan. Luas area TPST mencapai 13,56 hektar.
“Pembangunan TPST ini tentunya membawa harapan dan solusi baru di tengah terbatasnya TPSA Banyuurip yang sudah overload,” imbuh Widodo.
Dia mengatakan, TPSA Kota Magelang di Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang sudah overload sejak tahun 2017. Ia pun mengakui, tidak ada jalan lain, selain memaksakan TPSA tersebut untuk tetap beroperasi, menampung seluruh sampah dari Kota Magelang hingga saat ini.
Padahal, kondisi TPSA Kota Magelang sendiri tinggal menyisakan 4 sel dengan luas masing-masing 940 meter persegi. Hal ini membuat ketinggian sampah tak lagi standar. Bahkan, masing-masing sel sudah mencapai 9 meter.
”Kami terpaksa menumpuk sampah sehingga tingginya sampai 9 meter. Kalau standar, ya memang tidak standar, tapi tidak ada cara lain,” imbuh Widodo.
Ia menyebut, setiap hari rata-rata 20 armada dikerahkan Dinas Lingkungan Hidup untuk mengangkut sampah mencapai 65-70 ton. Namun, sebelum masuk, sampah-sampah itu terlebih dahulu harus diolah dan dipilah.
”Pertama memisahkan sampah organik dan anorganik. Selanjutnya diolah sehingga reduksi sampah mencapai 30 persen. Artinya, jika dirata-rata sehari 60 ton, maka yang berkurang ada sekitar 20 ton,” ujarnya.
Menurutnya, TPSA Banyuurip mau tidak mau harus bertahan, sampai dua tahun ke depan. Sebab, saat ini, Pemkot Magelang tengah membangun TPST di Kampung Bojong yang efektif beroperasi pada 2023 mendatang.
“Kemudian masih ada TPST di Bandongan. Tapi itu beberapa tahun ke depan lagi. Kalau sekarang kita maksimalkan di Banyuurip dulu,” tuturnya. (wid)