PT KAI Jaga Eksistensi Lewat Adaptasi dan Inovasi
PURWOREJO, MAGELANGEKSPRES.COM – Pandemi Covid-19 menjadi tantangan berat berbagai sektor, tak terkecuali penyedia jasa layanan transportasi. Adanya pembatasan mobilitas masyarakat membuat mereka harus berjibaku menjaga eksistensi. Perlu strategi jitu untuk beradaptasi agar mampu menerobos beragam persoalan dalam situasi abnormal yang serba tidak menentu ini. Seperti yang dilakukan PT Kereta Api Indonesia (KAI).
EKO SUTOPO, Purworejo
Siang beralih petang di Stasiun Kutoarjo Kabupaten Purworejo, Minggu (12/9). Sejumlah orang mengenakan masker berseliweran menanti kedatangan kereta api (KA) yang sudah mereka pesan. Beberapa di antaranya duduk di kursi tunggu yang diatur berjarak.
Tak lama kemudian, suara bel bernada khas melodi penyambutan KA terdengar. Para petugas tampak siaga menempatkan diri pertanda KA Wijayakusuma relasi Cilacap-Ketapang tiba dari arah barat.
Satu per satu penumpang turun, disusul naiknya penumpang baru. Suasana ramai seketika berganti sepi saat lokomotif bergerbong itu perlahan melaju. Selang satu jam, suasana serupa kembali terlihat. KA Prameks dari arah Jogjakarta tiba. Dibanding KA sebelumnya, penumpang yang turun dari KA lokal itu lebih banyak.
“KA Prameks sehari ada 4 kali keberangkatan dan kedatangan, mulai pagi sampai malam. Ini jadwal kedatangan terakhir, penumpangnya masih cukup banyak, tapi memang berkurang dibanding hari-hari normal sebelum pandemi,” kata Kepala Stasiun Kutoarjo, Andy Febri Laksono, saat dikonfirmasi melalui Wakil Kepala Stasiun, Daryono.
Ya, seperti moda transportasi lain, volume penumpang KA memang anjlok selama pandemi. Persentasenya bisa mencapai 50 persen lebih.
Sebagai contoh, total penumpang yang naik di Stasiun Kutoarjo selama bulan Agustus 2021 sebanyak 8.418 orang. Jumlah itu terdiri atas KA Intercity (antarkota), Bandara, Prameks, dan KA Kutojaya Selatan. Sementara total penumpang yang turun tercatat ada 8.188 orang.
“Dulu sehari bisa 400 sampai 500 penumpang, sekarang hanya sekitar 200-an,” sebutnya.
Jumlah KA yang dioperasionalkan juga dibatasi. Hanya ada sekitar 15-16 KA pada hari-hari biasa dan ditambah menjadi 20 KA setiap hari Jumat, Sabtu, dan Minggu.
“Kalau pas hari normal sebelum pandemi bisa sampai 100-an kereta PP melintas di sini. Sekarang sehari hanya sekitar 40 perjalanan PP,” sambungnya.
Sementara dari 3 KA milik Stasiun Kutoarjo, yakni Sawunggalih, Kutojaya Utara dan Kutojaya Selatan, hanya Kutojaya Selatan yang dijalankan. Namun, melihat situasi pandemi yang mulai membaik, rencananya KA Sawunggalih akan diuji coba jalan pada 17 September mendatang.
“Stasiun Kutoarjo melayani masyarakat Kabupaten Purworejo, Magelang, Wonosobo, dan sekitarnya. Sebelum pandemi, pada hari-hari biasa jumlah penumpang di sini nomor 2 terbanyak se-Daop 5 Purwokerto, di bawah Stasiun Purwokerto. Lalu pada saat masa mudik lebaran, kita nomor 1,” jelasnya.
Menurut Daryono, penurunan volume penumpang saat ini wajar terjadi. Adanya pengurangan jumlah kereta dan kapasitas penumpang yang diterapkan PT KAI juga dimaksudkan untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam menekan angka penularan Covid-19 dengan membatasi mobilitas masyarakat, mulai dari PSBB hingga PPKM.
PT KAI menyadari, demi melayani masyarakat yang membutuhkan layanan transportasi, kereta-kereta tetap harus beroperasi. Strateginya yakni dengan menerapkan protokol kesehatan (Prokes) secara ketat, baik bagi penumpang maupun karyawan.
“Kita ini BUMN yang sangat serius menerapkan adaptasi agar semua karyawan dan penumpang tetap aman dan selamat dari risiko Covid-19,” lanjutnya.
Kebijakan terus diselaraskan dengan aturan pemerintah, khususnya Satgas Covid-19 dan Kementerian Perhubungan. Mulai dari mewajibkan penumpang menunjukkan surat bebas Covid-19 hingga kini sertifikat vaksin. Guna mencegah kerumunan dan mengoptimalkan layanan, diluncurkan sejumlah inovasi teknologi. Salah satunya yakni aplikasi KAI Access. Melalui aplikasi itu, calon penumpang dapat memesan tiket dan mengakses berbagai layanan dangan cepat dan mudah.
“Setiap kedatangan dan keberangkatan KA kita rutin melakukan sterilisasi dengan disinfektan. Para penumpang juga kita fasilitasi perangkat Prokes, seperti face shield, masker, dan hand sanitizer,” jelas Daryono.
Manager Humas PT KAI Daop 5 Purwokerto, Ayep Hanapi, mengungkapkan bahwa selain angkutan penumpang, KAI tetap mengoperasionalkan KA angkutan barang. Selama penerapan PPKM, KAI juga terus memberikan kemudahan. Misalnya, bagi pelanggan yang sudah melakukan transaksi tiket, tetapi tidak dapat berangkat karena tak memenuhi persyaratan protokol kesehatan, tiket akan dikembalikan 100 persen.
“KAI konsisten menerapkan persyaratan secara ketat sebagai bentuk dukungan terhadap upaya pemerintah dalam mencegah penyebaran virus Covid-19,” ungkapnya.
Adanya jaminan keamanan dan keselamatan kesehatan membuat lokomotif PT KAI tetap eksis bergerak. Kepercayaan pelanggan terjaga. Bahkan, masyarakat berbagai kalangan masih menempatkannya sebagai primadona moda transportasi berbasis massa. Antusias penggunaan KA antara lain terlihat dari terbentuknya Komunitas Prameks atau Pramekers dengan ribuan anggota dari berbagai wilayah.
“Saya pilih naik kereta karena cepat, nyaman, murah, dan waktunya juga pasti,” kata Dina Arifia (26), pengguna KA Prameks asal Kelurahan Sindurjan Kecamatan/Kabupaten Purworejo.
Perempuan asli Solo yang bekerja di Purworejo itu mengaku sangat terbantu adanya KA. Terlebih selama masa pandemi ini, ia tak perlu was-was menempuh perjalanan karena penerapan Prokes betul-betul diutamakan, mulai dari penumpang check in hingga tiba di stasiun tujuan.
“Himbauan patuh Prokes selalu diumumkan lewat pengeras suara sepanjang perjalanan. Petugas PT KAI juga sering memantau di gerbong-gerbong, kalau ada yang nakal menurunkan maskernya atau duduk tidak jaga jarak, langsung ditegur,” ujarnya.
Pengakuan senada disampaikan Subekti (42), warga Kelurahan Tambakrejo Kecamatan/Kabupaten Purworejo. Pria yang bekerja di Kota Bekasi Jawa Barat itu setia menggunakan KA sejak tahun 2014.
“Hampir dua pekan sekali saya rutin naik kereta Bekasi-Purworejo PP, tapi kalau pas ada aturan pembatasan ke luar kota kemarin ya beda. Selain waktunya tepat, enaknya naik kereta itu ada jaminan kesehatan dan keamanan penumpang,” ucapnya. (*)