KAMPUNG TANGGUH KOTA MAGELANG
KOTA MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.COM – Usaha tahu di Tidar Selatan, Kota Magelang menjadi industri rumahan yang nyaris tidak terdampak adanya pandemi Covid-19. Selama ini yang berpengaruh signifikan terhadap industri tahu hanyalah fluktuasi harga bahan baku yaitu kedelai.
Selama pandemi Covid-19 jumlah limbah tahu di wilayah Tidar Sawe dan Tidar Campur, Tidar Selatan pun nyaris tidak ada pengurangan. Beruntungnya, Pemkot Magelang telah menciptakan instalasi pengelolaan air limbah (Ipal) tahu.
Tidar Selatan memang dikenal mayoritas warganya bekerja sebagai pengusaha tahu. Tak ayal bila banyak dijumpai industri pembuatan tahu di perkampungan ujung timur Kota Magelang tersebut.
Semula, limbah tahu langsung dibuang ke Kali Elo. Hal ini membuat eksosistem di sungai pun seringkali rusak. Bahkan, tidak jarang, memunculkan batu tidak sedap di kawasan sungai.
Oleh karena itu, Pemkot Magelang memberi bantuan pembangunan Ipal kepada warga Tidar Selatan. Bahkan dalam waktu dekat, warga digadang bisa menikmati bahan bakar gratis pengganti gas LPG.
Ipal di Tidar Campur dikhususkan untuk menampung limbah tahu. Bangunan itu berada di atas lahan sekitar 500 meter persegi. Dampak dari Ipal, maka seluruh perajin tahu saat ini, tidak lagi ada yang membuang limbahnya di sungai.
“Semua disalurkan ke Ipal ini. Jadi sekarang sudah tidak ada bau tidak enak, atau sungai tercemar. Berkat Ipal lingkungan Tidar Campur sekarang jadi bersih. Seringkali orang datang ke sini untuk memancing ikan,” kata Sukadi (70) warga RT 3 RW 2 Tidar Sawe, Tidar Selatan, Minggu (18/9).
Selain untuk pelestarian aliran Kali Elo, adanya Ipal juga bermanfaat bagi warga setempat. Sebab, sekarang mereka bisa menggunakan biogas yang didapatkan dari hasil pengolahan limbah tahu tersebut.
“Rencananya seperti itu. Limbah-limbah setelah tertampung dibiarkan beberapa hari, minggu, lalu bisa dijadikan gas LPG. Ya terbantu sekali warga kalau benar-benar terealisasi,” jelas Sukadi.
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat Tidar Campur, Ny Sugiarto mengaku untuk sementara program biogas belum terealisasi. Tetapi paling tidak, keberadaan Ipal sudah mampu mengurangi polusi lingkungan. Bahkan, ampas tahu yang berasal dari industri tahu di Tidar Campur pun sudah dikelola dengan baik.
“Ampas tahu disalurkan ke Boyolali, sehingga tidak ada lagi sampah dari ampas tahu di sini. Tapi untuk biogasnya belum jalan. Kita berharap, Pemkot Magelang segera mewujudkannya,” ujarnya.
Menurutnya, program biogas dari Ipal ini sangat bermanfaat bagi warga. Apalagi di tengah pandemi Covid-19.
“Beban masyarakat membeli LPG jadi berkurang. Selain itu lingkungannya juga bersih dan sehat, karena memanfaatkan limbah tahu,” jelasnya.
Dia menyadari bahwa pembangunan Ipal Industri Tahu di Kampung Tidar Campur, Kelurahan Tidar Selatan, Kecamatan Magelang Selatan dilatarbelakangi oleh banyaknya rumah industri tahu di kampung setempat. Sebelum ada Ipal, kondisi Sungai Elo memang sangat memprihatinkan.
“Kebanyakan warga sini bekerja sebagai perajin tahu. Tapi tidak dipungkiri industri ini kerap menimbulkan pencemaran serius, khususnya untuk perairan di sekitarnya. Sekarang sangat bersyukur ada Ipal khusus untuk industri tahu, sehingga lingkungan kita tetap terjaga,” ujarnya. (prokompim/kotamgl)