PURWOREJO, MAGELANGEKSPRES.ID – Rumah relokasi bencana tanah bergerak di Desa Wonotopo Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo akan segera mendapat aliran listrik setelah menunggu selama hampir satu tahun. Percepatan pemasangan jaringan listrik tersebut mendapat perhatian dari salah satu penggiat sosial, Harjanto, atau yang biasa dipanggil Ki Lurah Offroad.
Perhatian itu diwujudkan dengan menggalang bantuan dana untuk biaya pemasangan aliran listrik bagi rumah relokasi tersebut. Pada Kamis (23/12), Ki Lurah Offroad secara khusu juga melakukan peninjauan bersama pihak PLN dan pihak Pemerintah Desa untuk assesment dan memperkirakan berapa biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan listrik.
Menurut Harjanto, rumah relokasi tidak teraliri listrik seperti ini sudah pernah terjadi di wilayah lain, yakni Desa Jelok Kecamatan Kaligesing. Hal itu mengingat memang anggaran relokasi tidak termasuk pemasangan jaringan listrik.
“Budgetingnya kan juga tidak ada, kita kan sebagai masyarakat yang peduli, kita berusaha mencarikan donasi. Saya harap dalam waktu dekat rumah relokasi ini bisa teraliri listrik,” katanya.
Pihaknya juga langsung menggandeng pihak PLN untuk menghitung berapa dana yang dibutuhkan untuk mengaliri listrik. Jumlah keluarga yang direlokasi di area tersebut sebanyak 10 keluarga. Dari keterangan PLN, untuk mengaliri listrik dibutuhkan 2 tambahan tiang listrik.
“Nanti donasi langsung kita serahkan ke PLN dan langsung segera digarap untuk pemasangan listrik. Sebenarnya yang direlokasi ada 15 KK, tapi yang mau pindah ke tanah relokasi Pemda hanya 10, dan sisanya menempati tanah milik pribadi,” sebutnya.
Dari pertama relokasi, lanjutnya, sampai sekarang sudah hampir satu tahun daerah rumah relokasi desa Wonotopo belum teraliri listrik.
“Donasi sudah terkumpul tinggal nanti eksekusi pemasangan,” ungkapnya.
Sementara itu, Kades Wonotopo, Amat Kozaki menyatakan apresiasinya atas bantuan aliran listrik yang akan diberikan untuk warganya. Menurutnya, bencana yang mengakibatkan rumah para warga direlokasi terjadi pada tahun 2018.
“Dulu pada tahun 2018 awalnya tanah itu retak. Kemudian ditangani dinas dan hasilnya disiapkan tanah untuk relokasi, tanah relokasi ini tadinya milik warga tapi sudah dibeli oleh Pemda,” jelasnya.
Dengan adanya pengalaman tanah bergerak itu, para warga sekarang lebih berhati-hati untuk mengantisipasi kebencanaan.
“Kalau hujan lebih dari dua jam pokoknya warga harus mulai waspada dan harus mengungsi, karena dulu waktu ada bencana itu kita memang belum tahu harus bagaimana, sekarang juga masih ada daerah yang rawan dan berpotensi bencana di sini,” terangnya.
Salah satu penghuni rumah relokasi, Febri Listiana (39), mengaku sebelum ada bencana tanah bergerak, dirinya tinggal di RT 06 RW 01 dan saat ini direlokasi ke RT 01 RW 01. Ia bersama keluarga pindah ke tempat relokasi saat sebelum lebaran tahun 2021.
“Memang sekarang belum ada penerangan karena belum ada biaya untuk memasang sendiri. Saya berharap bantuan aliran listrik ini bisa segera terwujud,” ujarnya. (top)