TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.COM – Produksi kopi robusta di Kabupaten Temanggung tahun ini meningkat sekitar 20 persen dibanding tahun sebelumnya. Hanya saja harga jual masih stabil belum mengalami peningkatan yang berarti.
Dariyono salah satu petani kopi di Kecamatan Gemawang menuturkan, peningkatan produksi kopi tahun ini didukung oleh cuaca yang terjadi di tahun 2020 lalu, saat musim pembuahan cuaca sangat mendukung.
“Saat musim bunga cuaca sangat mendukung, tidak ada hujan angin juga tidak terlalu kencang, sehingga bunga kopinya tidak ada yang gugur,” katanya, Kamis (5/8).
Sehingga katanya, produksi kopi pada masa panen diperkirakan naik 20 persen dari panen tahun sebelumnya. Sampai saat ini musim panen masih berjalan.
“Kira-kira naik 20 persen, masih ada sepertiga yang masih di pohon,” tuturnya.
Dirincikan, misalkan dipanen tahun lalu dari kurang lebih 300 tanaman kopi miliknya bisa memproduksi 2 ton kopi merah basah, tahun ini diperkirakan akan naik menjadi 2,4 ton.
“Ini belum selesai panen, tapi kopi yang sudah dipetik kurang lebih sebanyak 1,9 ton,” tuturnya.
Hanya saja lanjut Sarwadi, harga jual kopi merah basah masih belum ada kenaikan. Saat ini harga jual kopi merah basah antara Rp5.000 hingga Rp6500 per kilogram, tergantung dari kualitasnya.
“Paling mahal Rp6500, itu untuk kopi yang merahnya sudah benar-benar matang, kalau yang tidak ya harganya di bawah itu,” tuturnya.
Menurutnya, untuk mendapatkan kopi merah matang memang tidak mudah, petani memang harus benar-benar telaten saat panen dikebun.
Namun demikian, ketelatenan petani saat panen akan membuahkan hasil yang bagus, kualitas kopi juga akan semakin bagus. Selain itu rendemen kopi juga lebih baik.
“Kali dipetik merah matang itu kopinya lebih berisi, jadi rendemennya juga bagus, kalau biasa rendemen 4 kilogram kopi basah jadi satu kilogram biji kopi kering, tapi kalau dipetik merah matang 3,5 kilogram bisa jadi satu kiligram,” tuturnya. (set)