MAGELANGEKSPRES.COM, JAKARTA – Menko Marves Luhut B. Pandjaitan yakin Indonesia bakal menjadi negara hebat bila berbagai kekayaan alam yang ada bisa dikelola secara maksimal.
“Saya yakin membawa Indonesia lebih baik, kalau ini berhasil, tidak bisa diklaim satu orang, ini kerja ramai-ramai dalam satu tim,” ungkapnya dalam Zoom Meeting yang diikuti oleh 200 media jaringan Disway National Network (DNN), Senin (10/1).
Acara tersebut dipandu oleh Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Menurut Dahlan, acara tersebut sekaligus sebagai pra launching DNN, sebelum dilakukan grand launching pada April 2022.
Dalam kesempatan tersebut, Luhut menyampaikan pihaknya sengaja menggandeng para anak muda untuk menjalankan program tersebut. Bahkan, Luhut telah menyiapkan SDM yang handal, yakni dengan membetuk talent pool yang berkualitas melalui program penjaringan lulusan S1 jurusan teknik dan sains untuk diarahkan bekerja pada perusahaan-perusahaan kelas dunia di bidang teknologi.
“Rencananya, nanti mereka akan dikirim ke Taiwan, setelah 2-4 tahun nanti ditarik kembali ke Tanah Air,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Luhut sengaja mengajak dua stafnya yang masih muda, yakni Septian Hario Seto dan M. Firman Hidayat untuk memaparkan tentang program jangka panjang hilirisasi industri mineral dan green energy secara detail. Dengan data-data yang ditampilkan, semakin meyakinkan tentang konsep penataan dan masa depan bangsa Indonesia.
Seperti halnya, Indonesia pada 2019 lalu masih menduduki ranking 17 dunia dalam hal ekspor besi dan baja. Namun, pada 2020 ranking Indonesia meroket menjadi 9 besar. Dan pada 2021 Indonesia berada di ranking 6.
Luhut menyebutkan Hilirisasi harus segera dimulai lantaran komoditas mentah yang selama ini jadi andalan ekspor Indonesia sangat rentan shock eksternal.
Indonesia ditahun 2017 menyetop ekspor nikel. ‘’Saya sempat dibully, tapi demi bangsa ini, kita maju terus,” tandasnya.
Faktanya, paska itu terjadi kenaikan ekspor besi dan baja. Jika ditahun 2010 kontribusi ekspor besi dan baja diangkat 0,8 persen, maka tahun 2020, naik menjadi 6,2 persen dari total ekspor.
Hilirisasi industry mineral juga terbukti memperkuat neraca ekspor. Otomatis, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah karena adanya peningkatan dollar di dalam negeri. Tahun 2021, total nilai ekspor Indonesia dari 2011 hingga 2021 naik USD 25 miliar, yang 7o persen disumbang ekspor iron dan besi ke China.
“Saat ini defisit angka ekspor kita ke China tinggal USD 4 miliar lagi. Sementara tahun 2011 kemarin terjadi defisit nilai ekspor hingga USD 27 miliar,” ujarnya.
Kedepan, ada tiga rencana hilirisasi industry Indonesia. Pertama, membangun basis industry bernilai tambah tinggi. Yaitu, memproduksi sendiri chip/semikonduktor dan ekosistemnya, EV serta software engineering. Kemudian mengalokasikan sumber energy rendah emisi (green) untuk industry bernilai tambah tinggi.
“Terakhir, kita akan mengirim anak muda Indonesia untuk belajar teknologinya. Mungkin selama 3 sampai empat tahun. Setelah itu kita tarik untuk mendevelop industry di negeri sendiri,” ungkapnya.(oko/me)