MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.COM – Overload sejak tahun 2017 lalu, kondisi Tempat Pengelolaan Sampah Akhir (TPSA) Kota Magelang di Banyuurip, Tegalrejo mulai mengkhawatirkan. Saat ini, satu-satunya TPA yang dimiliki Pemkot Magelang itu tinggal menyisakan satu sel aktif seluas 3.200 meter persegi.
Kepala Bidang Pengelolaan dan Penanganan Sampah, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang, Widodo mengatakan, sel terakhir itu kini tingginya sudah lebih dari 8 meter. Dengan produksi sampah hingga 80 ton setiap harinya, maka kemungkinan dalam waktu beberapa bulan ke depan, TPSA Kota Magelang sudah tak mampu lagi menampung sampah.
”Kami masih kesulitan untuk mencari solusinya. Di satu sisi TPST Bojong belum jadi. TPST Bandongan juga masih nunggu 4-5 tahun ke depan. Jadi satu-satunya cara, kami minta masyarakat Kota Magelang untuk mengurangi produksi sampah,” kata Widodo, Jumat (3/6).
Ia menyebut, penanganan sampah merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, dia meminta masyarakat terlibat mengurangi produksi sampah dan juga melakukan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga. Hal ini supaya sampah yang dikirim ke TPSA dapat direduksi.
“Kalau pemilahan sampah itu sukses, maka pengelolaan sampah juga akan berhasil. Lumayan kalau bisa direduksi 30 persen saja mampu mengulur waktu usia TPSA sedikit lebih lama sembari menunggu operasional TSPT Bojong dan Bandongan,” ujar Widodo.
Ia menjelaskan, dalam sehari produksi sampah 80 ton, hampir separuhnya adalah sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga ini didominasi sisa makanan atau organik.
“Sebenarnya kita sedikit diuntungkan dengan dominan sampah organik, karena dapat diolah sendiri. Kami yakin, kalau pemilahannya dilakukan dengan benar bisa memperpanjang usia TPSA Kota Magelang,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, TPST Regional Bandongan yang diprakarsai Pemprov Jawa Tengah diprediksi baru akan terealisasi 4-5 tahun mendatang. Karenanya, butuh sosialisasi intens agar masyarakat membudayakan pemilahan sampah, pengelolaan, dan pemanfaatan sampah sekarang ini.
“Misalnya sampah organik dikelola untuk kompos dan untuk memberi makan maggot atau larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF). Maggot tersebut kemudian dimanfaatkan untuk pakan ternak,” tuturnya.
DLH juga melanjutkan pembangunan TPST 3R Bojong, di Jurangombo Selatan, Magelang Selatan. TPST 3R seluas 1,8 hektare itu hanya akan digunakan untuk pengumpulan sampah, pemilahan sampah, dan pengelolaan sampah dengan konsep pabrikasi. Jadi tidak ada penimbunan sampah di sana seperti di TPSA Banyuurip.
“Sampah yang masuk hari itu, harus selesai (diproses) hari itu juga,” jelasnya.
Alat-alat yang akan dipakai untuk mengolah sampah di TPST 3R antara lain, mesin pemilah sampah dan incinerator. Mesin ini difungsikan untuk membakar sampah dengan suhu tinggi, mencapai 800 derajat celcius. (wid)