Cetak Lulusan Siap Kerja, Polbangtan Kementan Andalkan TEFA

Direktur Polbangtan YoMa, Bambang Sudarmanto (tengah) saat evaluasi penyelenggaraan pendidikan berbasis TEFA di kampus Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta – Magelang (Polbangtan YoMa) baru-baru ini.

MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.COM - Model pembelajaran teaching factory/teaching farm atau yang dikenal dengan TEFA, terbukti mampu meningkatkan kapasitas lulusan yang siap kerja. Mengingat pentingnya TEFA, Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta – Magelang (Polbangtan YoMa) Kementan mengandalkan TEFA untuk mencetak ratusan lulusan tiap tahunnya.

Pada tahun 2021, Polbangtan YoMa telah meluluskan 273 orang dari jurusan pertanian dan peternakan. Dari data yang dirilis Polbangtan YoMa per 27 September 2022, sebanyak 80,58 % lulusan jurusan pertanian dan 86,57 % lulusan jurusan peternakan bekerja di sector pertanian.

Data tersebut menunjukkan tingginya jumlah lulusan Polbangtan YoMa yang berkontribusi pada sektor pertanian. Terlebih penguatan karakter selama pendidikan, jelas berpotensi meningkatkan daya juang lulusan di dunia kerja. Keberadaan TEFA juga menjadi faktor pendukung keberhasilan Polbangtan YoMa dalam menyiapkan lulusannya.

Menurut definisinya, TEFA merupakan model pembelajaran dalam suasana sesungguhnya (tempat kerja) untuk menumbuhkan kemampuan kewirausahawan peserta didik yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen.

Mengikuti pasar tentu membutuhkan respon yang cepat dan tepat. Hal ini dikarenakan pergerakan pasar yang sangat dinamis, mengikuti perkembangan jaman. Begitupun lembaga pendidikan tinggi, harus selalu adaptif terhadap perubahan, sehingga dapat memfasilitasi mahasiswa sesuai perkembangan yang terjadi.

Setidaknya ada 8 unit pendukung TEFA yang disediakan Polbangtan YoMa, yaitu : TEFA produksi ternak besar, TEFA produksi ternak kecil, TEFA produksi unggas dan aneka Ternak,bTEFA Produksi Pakan, TEFA pengolahan limbah, TEFA penyuluhan dan produksi kemultimediaan serta TEFA agribisinis dan pemasaran.

Baru – baru ini, Polbangtan YoMa melakukan evaluasi pendidikan berbasis TEFA.Keterbatasan fasilitas menjadi kendala utama dalam penyelenggaraan TEFA di kampus. Hal ini dikarenakan masih bergantungnya lembaga pada anggaran APBN yang terbatas. Namun demikian, hal ini tidak menyurutkan Direktur Polbangtan YoMa, Bambang Sudarmanto, untuk mengoptimalkan potensi Lembaga.

“Dengan keterbatasan yang ada, cari sisi mana yang bisa dioptimalkan. Jadikan kampus sebagai miniatur perusahaan yang sebenarnya. Duplikasikan, agar menjadi tempat praktek mahasiswa.” Jelas Bambang pada kegiatan evaluasi (22/09).

Ia berharap TEFA dapat memberikan gambaran detil kepada mahasiswa mengenai dunia pekerjaan yang sebenarnya. Bambang menekankan pada kegiatan wirausaha mahasiswa untuk menghasilkan produk, barang atau jasa.

“Berikan mahasiswa gambaran tahapan apa saja yang akan dilalui mahasiswa setelah lulus. Inovasi harus bisa diserap oleh mahasiswa. Sehingga kreatifitas mahasiswa dapat terus berkembang setelah lulus, menjadi tenaga kerja yang terampil dan inovatif”, tutur Bambang.

Seperti yang diungkapkan oleh Menteri Pertanian (Mentan) SYL, pemuda adalah masa depan bagi bangsa. maka ide, inovasi, kreativitas, dan tingkat kritisnya menjadi sangat penting untuk memajukan bangsa.

“Pertanian tidak mungkin tanpa teknologi, tidak mungkin tanpa inovasi, pertanian harus bisa beradaptasi agar mampu mencapai target yang ada, ke depan perubahan iklim juga menjadi tantangan, dan kita tidak bisa menjawab tantangan ini tanpa teknologi,” jelas SYL.

Di kesempatan lain, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, menegaskan generasi muda atau yang saat ini bisa disebut pemuda milenial menjadi penentu kemajuan pertanian di masa depan. Oleh karenanya, perlu terus didorong dan difasilitasi melalui peningkatan agenda intelektual, salah satunya dengan pembelajaran teaching factory.(hms)