MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.COM - Merebaknya kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada beberapa kawasan peternakan saat ini perlu adanya langkah preventif dan kuratif. PMK merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dari family Picornaviridae, virus ini bersifat akut dan mudah menyerang pada hewan berkuku belah seperti sapi, kambing, domba, rusa dan babi. Saat ini sudah sebanyak 219 Kabupaten dari 19 Provinsi melaporkan kejadian kasus PMK di daerahnya walau terus terdapat kecenderugan menurun dari hari ke hari.
Untuk mengantisipasi meluasnya kasus PMK serta mengurangi kehawatiran masyarakat khususnya dikalangan peternak, beberapa hari lalu, Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa) Jurusan Peternakan bekerjasama dengan Dinas Peternakan dan Perikanan kabupaten Magelang serta Tim dokter hewan Akademi Militer (Akmil) telah melakukan pemeriksaan dan vaksinasi pada hewan ternak (sapi perah) di peternakan PROPALATKER Akmil serta Kandang Teaching Factory (TEFA) Polbangtan Yoma.
Dalam kegiatan Vaksinasi tersebut, Polbangtan Yoma menerjunkan Tim Medik Veteriner UPPM dan Lab. Keswan terdiri dari dosen dan mahasiswa diketuai oleh Budi Purwo Widiarso yang sekaligus menjabat Wakil Direktur III. “Pelayanan pemeriksaan dan vaksinasi kali ini menyasar pada lebih dari 350 ekor sapi dan 150 ekor kambing/domba di Akmil dan Polbangtan Yoma, ke depan akan dilakukan pada ternak dan wilayah yang lebih luas lagi”, ungkap Budi.
Pada kesempatan lain Direktur Polbangtan YoMa Bambang Sudarmanto menyampaikan, Polbangtan Yoma jurusan peternakan bersama Dinas terkait terus melakukan koordinasi dan upaya pencegahan dan penanggulangan ternak di wilayah Magelang dan sekitarnya, upaya ini akan terus dilakukan termasuk memberikan penyuluhan dan layanan kepada peternak dengan mengoptimalkan sumber daya medik dan mahasiswa Polbangtan YoMa.
Tindakan preventif dan kuratif kasus PMK ini sesuai dengan arahan yang telah diberikan Kepala Badan PPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi tentang optimalisasi pelayanan pemeriksaan dan tindakan terhadap PMK bagi semua UPT yang memiliki sumber daya medis agar dapat bekerja maksimal menanggulangi PMK agar cepat berakhir.
Menurut Mentan, Syahrul Yasin Limpo (SYL), kegiatan – kegiatan kolaboratif berbagai pihak untuk langakah preventif dan kuratif merupakan respon cepat pemerintah atas adanya laporan penyebaran wabah PMK diberbagai daerah terus akan didorong.
“Pemerintah langsung bergerak cepat dengan memberikan bantuan obat, antibiotik, dan vitamin. Meski angka kematian cukup rendah tidak membuat pemerintah menyepelekan PMK. Saya memerintahkan seluruh jajaran hingga tingkat daerah meningkatkan pengawasan”, kata Mentan.
Mentan pun meminta agar wabah PMK tak disikapi berlebihan yang dapat berdampak pada kepanikan, terutama di kalangan peternak. Semua pihak harus optimis bahwa PMK bisa diatasi dengan cepat serta meningkatkan kewaspadaan.
Kementan telah membentuk gugus tugas dalam penanganan PMK. Di tingkat daerah, Pemerintah Daerah bisa menggandeng Polres dan Kodim dalam pendampingan tracing. Gugus tugas ini yang bertugas menyusun dan mengendalikan informasi, agar tidak ada informasi bias yang memicu kepanikan. Selain itu, terus dilakukan sosialisasi bahwa PMK tidak menular pada manusia. Daging sapi pengidap PMK bisa dimakan, kecuali jeroan serta lidah sapi karena bagian tersebut merupakan sumber penyakit.
Perkembangan berbagai daerah sudah banyak hewan ternak yang sudah sembuh, sudah lincah kembali, sudah bisa makan dan hidungmya tidak meler lagi. Namun demikian peternak harus tetap menerapkan protap-protap yang berlaku dengan terus melakukan catatan kesiagaan selama 14 hari dengan melakukan pengawasan bersama petugas medik/ paramedik veteriner.(hms)