PURWOREJO, MAGELANGEKSPRES.COM – Banyak cara untuk mempertahankan produktivitas pada masa pandemi Covid-19. Seperti pertanian dengan teknik hidroponik yang dilakukan oleh Emha Saiful Mujab (42), warga Desa Kaliurip Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. Selain mengisi waktu luang, budidaya tanaman hidroponik juga dapat menjadi alternatif ketahanan pangan mandiri dalam masa pandemi yang serba menyulitkan ini.
EKO SUTOPO, Purworejo
Saat ditemui di kediamannya, Emha Saiful Mujab yang akrab disapa Gus Ipul tampak sedang serius merawat tanaman hidroponiknya pada sebuah susunan paralon yang sudah ditata sedemikian rupa. Pria yang juga dikenal sebagai penggiat sosial media Purworejo itu juga tampak berhasil memanfaatkan pekarangan rumahnya menjadi kebun hidroponik.
“Kita bisa berkebun atau menanam tanaman dengan memanfaatkan ruang terbatas di rumah masing-masing, dan tentunya kita juga bisa menanam sayuran untuk memenuhi kebutuhan pangan selama pandemi yang belum berakhir ini,” katanya, Minggu (1/8).
Sejak pandemi Covid-19, Gus Ipul justru memilih fokus beraktivitas di rumah untuk melakukan sesuatu yang menghasilkan dan bermanfaat. Menurutnya, masa seperti ini lebih baik berkarya dan berkegiatan positif daripada mengumpat dan mengeluh dengan keadaan.
Lesunya ekonomi akibat pandemi juga menjadi alasan Gus Ipul bertani hidroponik agar terus mampu bertahan hidup dengan cara menciptakan perekonomian mandiri. Tidak mau ilmu bertani hidroponik hanya dimilikinya seorang diri, Gus Ipul lalu membuka pintu lebar-lebar bagi siapa saja yang ingin belajar metode hidroponik.
“Syukur-syukur kegiatan saya ini juga bisa memberikan kehidupan bagi yang lain, karena dalam pengerjaan juga melibatkan warga sekitar bahkan siapapun yang mau belajar saya juga senang dan terbuka. Karena ini lebih bermanfaat daripada sibuk mengkritik dan menghujat,” ujarnya.
Terbatasnya lahan pertanian saat ini, terutama bagi masyarakat urban perkotaan, dinilai perlu adanya akselerasi teknologi agar mampu berswasembada pangan. Dengan cara ini masyarakat bisa menanam cukup di pekarangan rumah yang sempit, tapi tetap menghasilkan sayuran berkualitas.
“Apalagi ketika PPKM diberlakukan seperti sekarang, pasar tutup, penjual sayur keliling pada libur, kalau tidak menanam sayur sendiri kan repot,” ungkap Gus Ipul sambil memperlihatkan beberapa sayuran seperti Sawi, Seledri dan Kangkung yang sudah dapat dipanen.
Guna lebih memopulerkan teknik hidroponik, Gus ipul berniat untuk memberi edukasi kepada masyarakat agar bisa berswasembada pangan. Kendati hanya dalam skala kecil, seperti menanam sayur kebutuhan keluarga.
“Jika dihitung belanja sayur setiap keluarga lebih dari 15 ribu sehari, kalau sebulan 450 ribu. Dengan menanam sendiri kita bisa hemat dan uang belanja bisa disimpan,” ungkapnya. (*)