MAGELANGEKSPRES.COM, TEMANGGUNG – Situs Liyangan yang berada di Desa Purbosari Kecamatan Ngadirejo sampai saat ini masih menyimpan sejuta misteri peradaban.
Pemerintah Kabupaten Temanggung, berusaha mengenalkan situs yang dipercaya sebagai peninggalan Mataram Kuno ini dengan menjadikan tempat ini sebagai salah satu tujuan wisata.
Dari sejumlah ekskavasi yang dilakukan oleh Pusat Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Yogyakarta dan sejumlah lembaga lainnya, situs yang berada di lereng Gunung Sindoro ini menjadi salah satu situs peninggalan Mataram kuno yang terlengkap.
Bahkan karena Kompleksitas dan kelengkapan yang terdapat di Situs Mataram Kuno Liyangan ini, membuat Pusat Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Yogyakarta, menetapkan kawasan ini menjadi Rumah Peradaban.
Penetapan ini sebagai salah satu langkah untuk melestarikan warisan budaya dari nenek moyang, sehingga Situs Liyangan tetap terjaga dengan baik.
Tidak hanya itu, Pemerintah Kabupaten Temanggung berencana akan mengembangkan lokasi ini menjadi salah satu tempat tujuan wisata di Temanggung. Masyarakat bisa belajar dan mengetahui sejarah yang tersimpan di situs ini.
“Nantinya di sekitar Situs Liyangan juga akan dilengkapi dengan fasilitas pendukung lainnya,” kata Wakil Bupati Temanggung Heri Ibnu Wibowo, kemarin.
Fasilitas pendukung ini, sebagai salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung di Situs Liyangan. Sehingga wisatawan yang berkunjung tidak hanya untuk berwisata sejarah saja.
Dengan pengelolaan yang profesional yang dilakukan oleh desa wisata setempat, sehingga akan membantu terwujudnya sinergitas pelaku wisata yang ada di Kabupaten Temanggung. Komunitas desa wisata ini juga akan mendukung promosi produk-produk usaha kecil dan menengah (UKM).
“Sudah ada beberapa desa wisata di Temanggung, mereka ini sudah memiliki komunitas sendiri, ke depan dari tangan komunitas desa wisata ini, Situs Liyangan akan semakin dikenal dan bisa menjadi salah satu objek wisata favorit di Temanggung,” harapnya.
Melalui pembentukan rumah peradaban ada program pula untuk menjadikan masyarakat paham akan arti penting Situs Mataram Kuno Liyangan secara arkeologis. Masyarakat pun diberi ruang untuk mengelola situs supaya lebih bermakna dan bisa menyampaikan kepada masyarakat lain atau pengunjung.
Sebagai mana diketahui, Situs Liyangan ini pada abad X Masehi terkubur oleh materi vulkanik Gunung Sindoro. Namun, pada abad XXI menjadi rejeki bagi masyarakat Liyangan modern dengan adanya kegiatan penambangan pasir. Akan tetapi bagaimanapun juga antara masyarakat Liyangan modern dan kuno memiliki kesamaan lokus sehingga harus ditumbuhkan rasa cinta untuk menyongsong masa depan.
Artinya, dengan fakta ditemukan peradaban kuno yang hilang ini maka ada kewajiban memandu publik menyelami isi Dusun Liyangan kuno dan menumbuhkan rasa cinta kepada situs ini agar bersama-sama menjaganya.
Lokasi di ketinggian 1.200 mdpl yang jejaknya mulai ditemukan tahun 2000 ini merupakan permukiman keagamaan terdiri atas hunian, peribadatan, dan pertanian yang tumbuh fase demi fase hingga terbentuk formasi keruangan rumit. Durasi permukiman kuno setidaknya sejak abad VI-X Masehi, bahkan sejak pra Hindu dan terus berkembang hingga masa kejayaan Mataram Kuno.
“Dari Liyangan ini nantinya orang tidak cuma tahu candi, tetapi bisa tahu bagaimana dulu nenek moyangnya hidup. Penelitian dilakukan tahap demi tahap yang menghasilkan, jadi mengungkap Situs Liyangan bagaikan menyusun mozaik peradaban sepotong demi sepotong hingga berwujud sebagaimana dapat dilihat sekarang,” katanya. (set)