MAGELANGEKSPRES.COM, WONOSOBO – Domba Wonosobo merupakan Sumber Daya Genetik Hewan (SDGH) Kabupaten Wonosobo. Awalnya jenis domba ini dikenal dengan nama Domba Texel, namun semenjak tahun 2006 disebut dengan nama Dombos (Domba Wonosobo).
“Domba Wonosobo atau disebut dengan Dombos telah ditetapkan sebagai salah satu rumpun ternak lokal Indonesia, berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 2915/Kpts/OT.140/ 6/2011,” ungkap Wakil Bupati Wonosobo Muhammad Albar, saat menerima Tim Penilai Lomba Kelompok Tani Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Tengah di Balai Desa Bomerto Wonosobo, kemarin.
Menurutnya, sesuai potensi yang dimiliki, ternak domba dapat dikembangkan untuk tujuan produksi daging dan bulu (wool). Sebagai penghasil daging, ternak ini mempunyai pertumbuhan yang cepat. Domba ini juga dikembangkan sebagai penghasil bulu, karena domba ini berbulu lebat di seluruh tubuhnya kecuali pada bagian muka, kaki dan perut bagian bawah.
“Bulunya (wool) mempunyai kualitas tinggi yang dapat diolah menjadi produk kerajinan rumah tangga yang bernilai ekonomi tinggi,” katanya.
Pihaknya juga menyampaikan apresiasi atas kerja keras peternak Dombos Dusun Ponjen Desa Bomerto Kecamatan Wonosobo dan Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan dalam upayanya membudidayakan Dombos. Sehingga berkat kerja keras yang senantiasa dilakukan, Dombos berkualitas dapat dibudidayakan.
“Saya minta agar upaya ini terus berlanjut, sehingga kualitas ternak dapat terjaga dengan baik, dan produk yang dihasilkan pun terjaga kualitasnya,” ucap mantan wakil ketua DPRD Wonosobo itu.
Seperti diketahui Ponjen merupakan salah satu kampung yang ada di Kabupaten Wonosobo, yang menjadi sentra budidaya Dombos yang bernilai ekonomi tinggi ini, baik daging maupun bulunya. Selain untuk wool bulunya bisa dimanfaatkan sebagai bahan berbagai kerajinan, dengan dipadukan dengan kulit rami (daun rami merupakan pakan utama dombos) dimulai dari peci, tas hingga rompi anti peluru.
“Dombos ini bernilai ekonomi tinggi, terutama bulunya. Selain untuk bahan wool, kita di sini juga membuat berbagai kerajinan yang terbuat dari bulunya yang dipadukan dengan serat kulit rami, mulai dari peci, tas, hingga rompi tahan peluru, dan saat ini permintaan dari luar semakin meningkat,” ungkap Ketua Kelompok Tani Ternak Domba Kampung Ponjen, Rosid Al Usman.
Sementara itu Plt Kabid Prasarana, Sarana dan Penyuluhan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah yang bertindak sebagai Koordinator Tim Penilai KTT Domba, drh. Alif Nurchan menyampaikan, adanya lomba kelompok tani ternak ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan kelompok tani yang ada di Jateng.
Menurutnya, sesuai amanat UU No. 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, pada poin petani tersebut di dalamnya juga mencakup pada kesejahteraan peternak dan pekebun.
“Jadi sesuai amanat UU dan Perda tersebut, tujuan lomba ini adalah untuk peningkatan kapasitas kemampuan kelompok petani yang punya output peningkatan produktivitas yang fokusnya pada peningkatan kesejahteraan anggota kelompok tani tersebut,” pungkasnya. (gus)