MAGELANGEKSPRES.SALAMAN - Beragam teknik dapat digunakan untuk memunculkan unsur etnik pada barang-barang kesayangan tentunya. Salah satunya adalah teknik Eco Print yang dapat diterapkan pada media kertas, kain, kulit dan keramik.
“Teknik Eco Print berbeda dengan Batik, karena tidak menggunakan malam, tetapi langsung menggunakan dedaunan segar. Tekstur daun-daun tersebut akan menempel pada media kertas, kain, kulit atau keramik. Kata Eco berasal dari ekosistem dan print dari kata cetak atau jejak,” ucap Narasumber Pelatihan Eco Print, Dias Miss Daun.
Pelatihan tersebut diselenggarakan di Krandan Ciblon Papringan (KCP) Dusun Krandan Desa Kebonrejo Salaman Kabupaten Magelang, Minggu (11/4/2021).
Lebih lanjut Dias menerangkan, proses pencetakan daun ke media kertas melalui beberapa tahapan. Kali ini media yang dipakai adalah kertas semen. Pertama-tama siapkan kertas semen yang sudah dibersihkan dengan air dan dijemur hingga kering.
“Kertas semen dipilih karena konsep eco print adalah menerapkan sistem 3R yaitu Reuse, Reduce, dan Recycle, karena menjadi salah satu solusi dalam menjaga lingkungan,” terang Dias.
Usai kertas dicelup ke tawas atau tunjung sebagai bahan pengunci warna, setelah itu kertas semen diperas. Lalu kertas digelar dan daun-daun ditata diatas kertas sesuai selera. Langkah selanjutnya kertas ditutup dengan kertas lain digulung dan dibungkus plastik lalu dikukus selama 1,5 jam.
“Daun yang dipakai adalah daun segar, yang dapat menempel langsung dikertas diantaranya adalah daun Jati, daun Lanang, daun Jenitri, daun Kenikir dan daun Waru. Sedangkan untuk daun Kalpataru, Jarak, Jambu, Eukaliptus (kayu putih), harus di treatment terlebih dahulu, yaitu direndam dalam air Tunjung hangat,” terang Dias.
Menurut Dias, warna yang dihasilkan adalah warna dari daun itu sendiri. Daun segar masih mengandung Tanin yang akan menempel dimedia kertas semen.
“Itu alasannya mengapa harus menggunakan daun segar, karena masih mengandung Tanin, jadi hasil warna setiap daun bisa berbeda-beda,” ungkap Dias.
Setelah selesai dikukus, lanjut Dias, kemudian kertas semen dikeluarkan dari bungkus plastik dan dijemur, sehingga warna dan tekstur daun semakin tegas.
“Nanti untuk finishing bisa di coating (warna clear) menggunakan lem kayu. Dan kertas semen tersebut bisa diaplikasikan untuk berbagai keperluan, seperti sampul buku, tas, dan lain-lain. Unsur etniknya akan lebih terasa karena bermotif daun,” papar Dias.
Sementara, Owner Krandan Ciblon Papringan (KCP), Yustinus Agus menuturkan, tempatnya mengusung konsep wisata edukasi yang cukup sering mengadakan pelatihan kerajinan.
“Hari ini pelatihan diikuti sepuluh peserta dari Magelang, Jogja dan Temanggung. Yang kebanyakan merupakan perajin Batik yang ingin mempelajari teknik Eco Print. Harapannya kegiatan ini dapat memberikan kontribusi UMKM di Magelang sekitar, untuk lebih kreatif memproduksi produk kerajinan yang unik,” tutur Agus.(cha)